Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh....
Dimulai dengan kata-kata Imam An-Nawawi....
Segala
puja-pujian bagi Allah Tuhan Seru Sekalian Alam, Pencipta langit dan bumi,
Pentadbir sekalian makhluk, Pengutus para Rasul S.A.W kepada orang-orang yang
mukallaf, untuk memberikan hidayah kepada mereka dan menerangkan syari‘at
agama, dengan dalil-dalil yang putus (yang yakin) serta bukti-bukti yang jelas.
Saya memuji -Nya atas segala nikmat-Nya dan saya berdo’a kepada-Nya tambahan
kurniaan-Nya dan kemurahan-Nya. Saya bersaksi bahawa tiada Tuhan kecuali Allah,
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Perkasa, Maha Pemurah lagi Maha Pengampun. Adapun
selepas daripada itu; maka sesungguhnya kami telah meriwayatkan daripada Ali
Ibn Abi Talib, Abdullah Iibn Mas‘uud, Mu‘az Ibn Jabal, Abu Al-Darda’, Ibnu
‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Anas ibn Malik, Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudrie r.a.
daripada berbagai-bagai jalan (sanad) dengan riwayat yang bermacam-macam bahawa
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa
yang menghafal atas umatku empat puluh hadis daripada (hadis yang) berkenaan
dengan agama mereka, nescaya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam
golongan para fuqaha’ dan ‘ulama.” Dalam suatu riwayat lain: “Nescaya Allah
akan membangkitkannya sebagai seorang faqih dan ‘alim.
Dalam
riwayat Abu al-Darda’: “dan telah adalah aku (iaitu Rasulullah) pada hari
kiamat menjadi orang yang memberikan syafa‘at dan saksi kepadanya”. Dalam
riwayat Ibnu Mas‘uud : “dikatakan kepadanya (orang yang menghafal 40 hadis)
masuklah engkau daripada mana-mana pintu syurga yang engkau mahu”. Dalam
riwayat Ibnu ‘Umar : “nescaya dia ditulis termasuk dalam golongan ‘ulama’, dan
dibangkitkan dalam golongan para syuhada’ ”.
HADITS KEENAM
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
[رواه البخاري ومسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati “.
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Catatan :
· Hadits ini merupakan salah satu landasan pokok dalam syari’at. Abu Daud berkata : Islam itu berputar dalam empat hadits, kemudian dia menyebutkan hadits ini salah satunya.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Termasuk sikap wara’ adalah meninggalkan syubhat .
2. Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.
3. Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.
4. Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.
5. Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.
6. Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.
7. Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara ke arah sana.
8. Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.
Semoga kita semua dapat dan berusaha mengamalkannya insyaAllah..
Wallahua'lam....
Tiada ulasan:
Catat Ulasan