UkhWaH FillAh.....

Jumaat, 28 Oktober 2011

The reason why it is prescribed for Muslims to perform Hajj once in a Lifetime

We Muslims feel honoured and proud to be the slaves of Allaah, the One, the Self-Sufficient Master, Who begets not nor was He begotten, and there is none co-equal or comparable unto Him; He is our Lord and we have no Lord besides Him. Hence we respond to the commands of our Lord with the utmost humility and submit to His commands, for we know that He is the All-Wise and no wisdom is greater than His. We know that He is the Most-Merciful and there is none more merciful than Him, may He be glorified and praised. Hence we love Him in a way that demands that we obey His commands even if that is somewhat difficult for us. We feel proud, happy and content when we do that which He commands us to do.

For if a human loves another person, he loves to serve him and that may make him happy. So what do you think about the Almighty Lord Who created us and grants us provision, and everything that we have is a blessing from Him? And His is the highest description. We owe everything to our Lord, so we must hasten to do all that He commands us to do, so that we might give back some small thanks for His great blessings. We can never thank Him enough, but by His grace Allaah the Most Generous accepts our small efforts and rewards us for them greatly.
For example, Hajj or pilgrimage. If a Muslim does Hajj in the manner required by his Lord, then Allaah has promised to forgive him his sins and admit him to Paradise, on condition that he does not spoil this action by committing any major action that would invalidate it and earn the anger of Allaah.
One of the great mercies that Allaah has bestowed upon this ummah (nation, i.e., the Muslims), is that Allaah has made obedience to His commands and the commands of His Messenger (peace and blessings of Allaah be upon him) subject to the condition that one be able to do them. So long as a person is able to do them, then it is obligatory for him to do what is required of him, otherwise he is not obliged to do so and he is excused. Allaah says (interpretation of the meaning):
“Allaah burdens not a person beyond his scope” [al-Baqarah 2:286] – i.e.,  He does not ask him to do more than he can bear.
Concerning Hajj in particular, Allaah says (interpretation of the meaning):
“And Hajj (pilgrimage to Makkah) to the House (Ka‘bah) is a duty that mankind owes to Allaah, those who can afford the expenses (for one’s conveyance, provision and residence)” [Aal ‘Imraan 3:97]
By His mercy He has enjoined this upon His slaves once in a lifetime, so that it will not be too difficult for them, but He urges those who are able to do Hajj and ‘Umrah more than once to do so. The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “Keep on doing Hajj and ‘Umrah, for they take away poverty and sins as the bellows takes away the impurity from iron.” (Narrated by al-Nasaa’i, 2/4; this is a saheeh hadeeth as was stated by al-Albaani in al-Silsilat al-Saheehah, 1200).
This great act of worship was prescribed by Allaah so that we might praise Him and glorify Him, and thank Him for His great blessings and bounty. The purpose of Tawaaf around the Ka’bah is not simply to go around these stones! No, rather the reason is that Allaah has commanded us to go around it seven times and we obey Allaah by going around it seven times, no more and no less; rather we do what He has commanded us and we feel that we are His slaves, humbling ourselves before Him and praising Him and thanking Him for choosing us to be His slaves out of all of mankind who worship various gods, and may even worship themselves or their own desires.
The same applies to all the rituals of Hajj, and indeed to all the acts of worship that Allaah has prescribed for us. Praise be to Allaah, Who has honoured us with this great religion.
Moreover, your interest in asking about the Hajj at your young age indicates that you are keen to learn and find out. We advise you to learn more about Islam and to read about it, and to find out for yourself that it is the religion that suits the natural inclinations of man. This will set you on the path towards pleasing your Almighty Lord, Who created you and Who provides for you, and Who deserves that you should worship Him alone and none other.
Perhaps you know that our prophet Muhammad (peace and blessings of Allaah be upon him) told us that his fellow-Prophet ‘Eesa (Jesus – peace be upon him) will come down at the end of time and will perform pilgrimage to this House, and he will declare his belief in Allah alone (Tawheed). We believe that this will happen as the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) told us, just as we believe that the sun rises in the morning. The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “By the One in Whose hand is my soul, the son of Maryam (the son of Mary, i.e. Jesus) will certainly pronounce the Talbiyah for Hajj or for ‘Umrah, or for both in the valley of Rawha.” (Narrated by Muslim, 1252). The valley of Rawha’ is a place between Makkah and Madeenah.
[Translator’s note: The Talbiyah is a prayer recited by pilgrims going to Makkah. It may be translated as follows: “Here I am at your service, O Allaah, here I am. Here I am at Your Service, You have no partner, here I am. All praise and blessings are Yours, and all dominion. You have no partner.”]
We ask Allaah to open your heart to true guidance… Ameen.
Islam Q&A
Sheikh Muhammed Salih Al-Munajjid

• November 11, 2010..

Khamis, 27 Oktober 2011

Alam Maya VS Alam Realiti

Alam Maya VS Alam Realiti


Sedar atau tidak kadang-kadang kita mengabaikan ukhwah, silaturrahim, malah kadang-kadang mengabaikan orang yang terdekat dengan kita akibat terlalu asyik dengan alam maya bahkan alam fantasi.

Sedar atau tidak selalunya kita menghabiskan banyak waktu hanya kerana alam maya sehingga membiarkan orang-orang yang terdekat dengan kita kesunyian.

Sedar atau tidak hanya kerana alam maya sahutan emak di dapur kadangkala tidak diendahkan.

Sedar atau tidak sekian lama kita bersama alam maya sehinggakan makan minum kita kadangkala turut terabai.

Sedar atau tidak, hatta kerana alam maya.. Solat kita dilengahkan.. Seruan dan panggilan Ilahi tak dihiraukan..

Sedar atau tidak orang-orang yang terdekat dengan kita hakikatnya kadangkala perlukan kita untuk memuntahkan rasa bahkan memerlukan kita untuk berkata-kata dengannya.

Sedarkah kita yang kita semakin lupa untuk mengambil berat akan orang-orang yang terdekat dengan kita akibat terlampau leka dengan orang-orang di alam maya.

Sedar tak sedar.. "eh, eh dah malam.." sedar tak sedar asar dah nak habis.. Sedar tak sedar 4 jam berlalu begitu saja..
sedar atau tidak kita membiarkan Suami,Isteri kita bersendirian kesunyian......

Kita lebih suka berkata hye, hello, salam atau menyapa mereka-mereka di alam maya.. Sehinggakan kita lupa untuk tebarkan salam buat mereka yang dekat di sisi kita..

Allah..kuat sungguh penangan internet..bersama facebooknya, Yahoo messengernya, blognya, my spacenya.. Wah, membuatkan manusia hidup bersendiri.. nNafsi-nafsi.. Lupa pada hakikat.. Lupa pada berkat..

Lupakah kita pada hablumminannas?? Tidak perlukah kita menghubungkan silaturrahim ataupun ukhwah dengan jiran tetangga kita.. Saudara kita yang realiti ini..

Lihat sudah keadaan di kampus.. Lupa sudah pada rakan yang bersama sebilik.. Penting lagi melayani karenah rakan-rakan di alam maya.. Biarkan rakan sebilik terkapai-kapai sendiri.. Siapa tahu dia sebenarnya perlukan kita untuk mendengar masalahnya.. Siapa tahu dia hakikatnya ingin berkata-kata dan berkongsi sesuatu dengan kita.. Asyik sungguh kita akan alam maya yang kadangkala sedikitpun tidak memberi manfaat malah mendatangkan mudharat kepada orang sekeliling..

begitu juga dengan Isteri ,Suami dan anak2
kita abaikan kasih sayang ,kemesraan anak2 dan isteri,suami ,kita utamakan kemsraan rakan2 berchating!....

Secara realiltinya,siapa yang lebih dekat dengan kita?? Rakan-rakan di alam mayakah yang akan membantu kita di saat kita benar-banar memerlukan bantuan?? Sakit kita, susah kita.. Rakan-rakan di alam mayakah yang menghulurkan tangan, meringankan beban..??rakan2 di alam maya kah menyediakan segala makann keperluan kita sehariann??

Tidak salah melebarkan jaring, menghubungkan rangkaian, meramaikan kenalan.. Tapi jangan di lupa pada adat berukhwah di alam realiti.. Jangan di lupa pada hakikat hidup secara berjemaah..

Andai pernah kau rasai keramatnya ukhwah.. Tiada sebab untuk kau hidup bersendirian.. Tiada sebab untuk tidak kau mempedulikan perasaan dan hati itu.. Hati itu ingin sekali dibasuh dengan senda gurau bersama.. Hati itu ingin saja menuturkan kata, berkongsi rasa tanpa sepi dari sebarang kata..


(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".
(QS. ALI IMRAN:8)


“Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.”
(Tausyiah Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziah Rahimahulloh dalam KitabNya Al Jawabul Kafi, 109)

Sahabat2!!
sama2lah kita ingat mengingati sesama kita..sebagai manusia biasa kita kadang2 terleka dengan Dunia ini...gunakan lah segala kemudahan untuk menyampaikan Ilmu Allah ,berdakwah..bukan untuk melalaikan kita dengan terlalu asyik mengikut hawa nafsu dan hasutan syaitan yg tidak pernah putus asa untuk menyesat kan manusia.....

Mengapa Bertudung??

Kenapa bertudung

Dari segi Bahasa Arab, kalimah ‘hijab’ membawa makna ‘halangan’. Hijab dinamakan demikian kerana ia menghalang wajah wanita daripada dipandang orang lain.
Dari segi syarak pula, hijab ialah pakaian yang diperintahkan kepada wanita memakainya untuk menutup anggota-anggota yang wajib ditutup dari sudut syarak.Hukum Memakai Hijab
Ulama bersepakat tentang diwajibkan memakai hijab ke atas setiap wanita muslimah yang telah mukallaf. Dalil kewajipan ini adalah seperti berikut:
1. Firman Allah Taala:

يأيها النبي قل لأزواجك وبناتك ونساء المؤمنين يدنين عليهن من جلابيبهن
Maksudnya: “Wahai Nabi, katakan kepada isteri-isteri kamu, anak-anak perempuan kamu, dan isteri-isteri orang-orang mukmin supaya melabuhkan ke atas mereka daripada jilbab-jilbab mereka.” (surah Al-Ahzab:59)

2. Firman Allah Taala:
وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها
Maksudnya: “Dan katakanlah kepada wanita-wanita beriman supaya mereka menundukkan daripada pandangan mereka, menjaga kemaluan-kemaluan mereka, dan jangan mereka mendedahkan perhiasan mereka kecuali apa yang zahir daripadanya.” (surah Al-Nuur 31)
Manakala bagi wanita bukan Islam, mereka tidak diperintahkan menutup aurat kerana perintah tersebut hanya bagi wanita-wanita beriman. Ini kerana orang-orang bukan Islam tidak dibebankan dengan perkara-perkara furu’ dalam Islam seperti sembahyang, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Begitu juga dengan memakai hijab, mereka tidak diwajibkan mematuhinya pada hukum dunia. Namun, pihak berkuasa dalam sesebuah negeri perlu sentiasa memantau perlakuan mereka agar tidak mendedahkan aurat secara melampau atau berpakaian tidak senonoh sehingga boleh mengundang pelbagai gejala sosial kepada masyarakat.

Bukan Permata biasa...

Assalamualaikum warahmatullah.muslimahku..sekalian juga muslimin, marilah dihayati bersama kisah ini.....

Bukan Permata Biasa


Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.

Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya. Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut.

Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.

Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.

Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.

Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.

Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah.
Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.

Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau.
Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur.
Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.

Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku.
Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku.

Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin.
Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”

Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah.

Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa.
Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.

Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.

Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.

Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”. (Ummu Asyrof dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)

Isnin, 24 Oktober 2011

Simple Formula To be the Best

Translation In English Language

Being humen, we all crave to have the best in life, to get the best in life, and to be the best in life. Don't we? How many times have these thoughts crawled in our brains?
"I want to be the best employee or the best student!" "I want to own the best mobile, the best car and be married to the best wife."
Dear brothers and sisters, as Muslims has the thought ever come to us that "I want to be the best Muslim?" Leave alone working for it, have we ever just thought about it?
Well, now that this topic has come up, give it a second thought. If you believed that to be the best of Muslims you need to spend your full day in the Masjid or fast everyday of your life, you were wrong!
Prophet Muhammad (peace be upon him) gave us a simple formula to be the best:
"The best amongst you is the one who learns the Qur'an and teaches it." (Al-Bukhari)
Subhan Allah, as simple as that! It doesn't require you to be on your prayer mat 24/7. No, the key is Allah's speech – the Qur'an.
Hold on to it even if it's by starting to read a page everyday (make sure you understand it). This is something that Allah has ordered in the Qur'an.
"And hold fast, all of you together, to the rope of Allah (i.e. the Quran), and be not divided among yourselves; and remember with gratitude Allah's favors on you..." (Qur'an, 3:103)
"And We have indeed made the Qur'an easy to understand and remember, then is there any that will remember (or receive admonition)? " (Qur'an, 54:17)

Benefits of reading the Qur'an:

• Fulfill an Islamic duty
The Prophet (peace be upon him) summarized the Religion in his statement: "The Religion is naseehah (sincerity)! " So the Companions asked, "For whom'" He replied: "For the sake of Allah, His Book, His Messenger, the leaders of the people, and their common folk." (Sahih Muslim)
Sincerity to the Book of Allah includes reciting it regularly, learning the rules of Tajweed and trying to beautify our recitation, understanding its meaning, Tafseer and the reasons for revelation, and most importantly affirming that it is the Truth, the perfect Speech of Allah and not part of the creation. We honor it by learning it, implementing it in our lives, teaching it and calling people towards it. So by reading and reflecting over the Qur'an, we fulfill an obligation and will Insha Allah be rewarded for that.

• Intercession on the Day of Judgment

The Prophet (peace be upon him) said: "Read the Qur'an, for verily it will come on the Day of Judgment as an intercessor for its upholders." (Sahih Muslim)
All those early mornings we spent reciting the Qur'an will Insha Allah bear its full fruit when it really matters: the Day of Judgment. We can't even imagine how it will be, when the Qur'an will intercede for those who honored it.
May Allah make us among them, Aameen.

• How much in 5 minutes?

I'm sure you're familiar with the famous Hadith, "Whoever reads a letter from the Book of Allah, he will have a reward. And that reward will be multiplied by ten. I am not saying that "Alif, Laam, Meem" is a letter, rather I am saying that "Alif" is a letter, "Laam" is a letter and "Meem" is a letter." (Al-Tirmidhi)
Subhan Allah, can you imagine the weight of good deeds that will be added to your right side by just reciting one verse? This is really a blessing for all of us..
There is no end to the benefits of reading the Qur'an. Also, our wisdom and thoughts develop positively, giving us a clear and intellectual understanding of life if we seek guidance from the Qur'an, the Book of our Creator.
May Allah make us among the people of the Qur'an and make the Qur'an a witness for us on the Day of Judgment and not against us.
So go ahead, learn and teach the Qur'an, and make yourself among the best of Muslims Insha Allah.

Source: Saudi Gazette..i LOVEAllah.comBLOG

Dhikr after Salaah and before Sleeping

Bis-millahir-rahmanir-raheem.
As'salaamu alaikum wa rahmatullah wa barakatu,
My question is concerning dhikhr after every fard salat.  I have read hadith that state recite  "Allahu Akbar", "Al-hamdulillah" and "SubhanAllah" 33 times each.  I was informed that it only a total of 30 times after each compulsory(Allahu Akbar, Al-Hamdulillah and SubhanAllah 10 times each).  Which, if either, is the correct method for this particuliar dhikr? Also, it has been related to me that you perform the same before you go to sleep except you recite "Allahu Akbar" 34 times which will total one hundred.

What is the reward recorded on your behalf for this action? Finally, what is the proper method for performing dhikr on the right hand ? Do you start with the thumb going down and left to right?  Which joints to you count on? Your reply would be greatly appreciated, insha'Allah.   Jazakullahkhair
Praise be to Allaah
The dhikr after salaah referred to in the question has been reported in a hadeeth reported by Abu Hurayrah from the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him): “Whoever glorifies Allaah (says Subhaan Allaah) thirty-three times immediately after each prayer, and praises Allaah (says Al-hamdu Lillaah) thirty-three times, and magnifies Allaah (says Allaahu akbar) thirty-three times, this makes ninety-nine, then to complete one hundred says Laa ilaaha ill-Allaah wahdahu laa shareeka lahu, lahu’l-mulk wa lahu’l-hamd wa huwa ‘ala kulli shay’in qadeer (There is no god except Allaah Alone, with no partner, His is the power and His is the praise, and He is Able to do all things) – his sins will be forgiven even if they are like the foam of the sea.” (Reported by Muslim, 939).
A number of different descriptions of the dhikr after salaah have been narrated, an example of which has been referred to in the question. The evidence for this is the hadeeth of ‘Abd-Allaah ibn ‘Amr (may Allaah be pleased with him) who said: “The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said:  ‘There are two qualities, no Muslim man acquires them but he will enter Paradise, and they are simple and easy. He should glorify Allaah (say Subhaan Allaah) ten times immediately after each prayer, and praise Him (say Al-hamdu Lillaah) ten times and magnify Him (say Allaahu akbar) ten times.’ I saw the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) counting this on his fingers. He said: ‘That makes one hundred and fifty on the tongue, and one thousand five hundred (hasanaat) in the scales. [Translator’s note: each of three phrases repeated ten times makes thirty; multiplied by the number of daily prayers, which is five, makes one hundred and fifty. Each of these good deeds of the tongue will be rewarded with ten hasanaat which will be added to the total of good deeds to be weighed in the balance or scales on the Day of Judgement]. When you go to bed, glorify Him and praise Him and magnify Him one hundred times: that will be one hundred on the tongue and a thousand in the scales. Who among you does two thousand and five hundred sayi’aat (bad deeds) in one day?’ They said: ‘How could we not count (our sins)?’ He said: ‘The Shaytaan comes to any one of you whilst he is praying and says, Remember this, remember that, until he finishes his prayer and does not do (this dhikr), or he comes to him when he is lying down and makes him sleepy, until he falls asleep (without doing this dhikr).’” (Abu ‘Eesaa said: This is a hasan saheeh hadeeth. Sunan al-Tirmidhi, 3332).
Among the adhkaar that may be recited before going to sleep, as referred to in the question, is that reported in the hadeeth of ‘Ali ibn Abi Taalib (may Allaah be pleased with him), who said that Faatimah (upon whom be peace) came to the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) and asked him for a servant. He said, “Shall I not tell you of something that is better for you than that? When you go to sleep, say ‘Subhaan Allaah’ thirty-three times, ‘Al-hamdu Lillah’ thirty-three times, and ‘Allaahu akbar’ thirty four times.” (Reported by al-Bukhaari, 4943).
As regards counting this tasbeeh, the Sunnah is to use the fingers of the right hand, although it is permitted to use the left hand. The evidence that the right hand is preferable was reported by Abu Dawood (may Allaah have mercy on him), who said: “ ‘Ubayd-Allaah ibn ‘Umar ibn Maysarah and Muhammad ibn Qudaamah, among others, told us: ‘Aththaam told us from al-A’mash from ‘Ataa’ ibn al-Saa’ib from his father from ‘Abd-Allaah ibn ‘Amr who said: ‘I saw the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) counting the tasbeeh.’ Ibn Qudaamah said: ‘With his right hand.’” (Sunan Abi Dawood, Kitaab al-Salaat, Baab al-Tasbeeh bi’l-hasaa).
It was said in Haashiyat al-Tahtaawi: “It is correct that he (peace and blessings of Allaah be upon him) used to count the tasbeeh on his right hand. It was reported that he said: ‘Count with your finger tips, for they will be asked and they will be made to speak.’ Ibn Hijr said: Counting the tasbeeh with the fingertips is better than using the subhah (prayer-beads or “rosary”).
The sunnah is to count with the fingertips by putting them on the palm of the hand. As to precisely which finger of the right hand one should start with, I have no specific information on this.
And Allaah knows best...

  from iloveAllaah.ComBlog

Allâh Grants Help and Victory to Followers of the True Dîn

Allâh Grants Help and Victory to Followers of the True Dîn

How to Raise Righteous Children? | iloveAllaah.com

How to Raise Righteous Children? | iloveAllaah.com

Husband, Love Your Wife !!!

Husband, Love Your Wife !!!

Mistakes that prevent du’aa’ from being accepted

Mistakes that prevent du’aa’ from being accepted

KUASA MUTLAK,Suami Dan Ibu...

Hanya ada dua orang yang mempunyai kuasa ini. SUAMI dan IBU. Kuasa suami 

keatas isteri dan kuasa ibu keatas anak2. Kuasa Mutlak ini sungguh besar 
ertinya disisi agama Islam sehingga seseorang itu akan dimurkai Allah 
sekiranya dia menyakiti hati dua golongan tadi. Sebagai contoh; seorang 
isteri yang melukai hati suaminya walau sedikit akan berdosa besar (bukan 
dalam kes terkecuali) begitu juga anak2 terhadap ibunya.
Kalau isteri - bayangkan seorang isteri yang secara tidak sedar menyakiti
hati suaminya dan tidak meminta maaf. Isteri tersebut akan terus berdosa
dan sekiranya dia hamil, anak tersebut akan dikandung didalam badan yang
berdosa. Besar kemungkinan anak tersebut akan mendapat banyak sifat2 yang
tidak baik dan seterusnya anak itu lahir dan membesar dan menjadi dewasa
dan membawa sifat2 yang tidak elok itu kedalam zuriatnya. Tambahan pula
dalam keadaan berdosa bagaimana doa2nya akan diterima Allah? Tanpa doa
yang diterima, apalagi daya kita untuk mendapat kebahagiaan?
Kalau anak-anak cukup senang untuk mendapat dosa. Terguris sahaja hati
ibunya oleh kata2 atau perbuatan maka anak tersebut akan berdosa. Yang
paling ditakuti dosa tersebut tidak disedarinya. Sekiranya anak tidak
meminta ampun maka dosa tersebut akan terus dipikul. Kesanya, doa2 anak
tersebut tidak diterima Allah, ibadatnya tidak mendapat pahala, hidupnya
akan tidak mendapat berkat dll. Akhirnya anak akan mendapat berbagai
balasan dari Allah dibumi lagi.
Cerita - Kita sering ditakutkan oleh para ustaz tentang cerita bagaimana
dua orang pemuda yang solleh mendapat seksaan Allah dizaman Nabi saw. Yang
seorang sebab dia TAK SEDAR menyakiti ibunya apabila habuk yang disapu
terkena ibunya TANPA DISEDARI. Dan yang seorang lagi kerana TANPA DISEDARI
dia menyakiti hati ibunya kerana mengutamakan isterinya. Ke dua2 diseksa
oleh Allah sehingga nabi memerintahkan kedua ibu tadi mengampunkan anak2nya.
Ustaz kata cerita tersebut menyuruh kita sentiasa taat kepada ibu.
Sebenarnya itu hanyalah setengah dari pengajaranya. Ada lagi setengah -
IBU mesti tahu kuasa yang diberi kepada mereka. Oleh itu IBU MESTI
MENGAMPUNKAN ANAKNYA SETIAP MALAM samada anaknya meminta atau tidak dan begitu juga
dengan SUAMI MESTI MENGAMPUNKAN ISTERINYA SETIAP MALAM samada isteri
meminta atau tidak. Cerita tersebut mengajar kita bahawa sebagai IBU kita
mempunyai satu kelebihan yang besar keatas anak2 kerana berdasarkan cerita
itu tidak mungkin pemuda2 tersebut sedar akan kesalahan mereka. Kalau dah
tak sedar, bagaimana pula ingin meminta ampun.
Seorang suami dan ibu MESTI tahu akan KUASA MUTLAK ini dan kuasa ini
hendaklah dijaga dengan baik. InsyAllah bermula dari satu keluarga yang
mana suami memaafkan isteri dan ibu memaafkan anak, maka lahirlah satu
masyarakat yang mendapat berkat dari Allah, sentiasa dibawah lindunganNya
dan menjadi umat Islam yang menghayati Islam.
Ingatlah seorang ISTERI (wanita) mesti taat kepada SUAMInya (lelaki). Si
SUAMI (lelaki) mesti taat kepada IBUnya (wanita). Isteri akan menjadi ibu
yang akan melahirkan anak yang akan menjadi suami (anak lelaki) dan juga
isteri (anak perempuan) dan seterusnya mereka akan melahirkan pula bakal2
suami dan isteri. Jadi tidak ada yang ketinggalan. Semuanya akan merasa
mempunyai KUASA MUTLAK. Tetapi yang penting bukanlah ' mempunyai ' tetapi 
MESTI menggunakan dengan bijak.....

di petik dari fbRealiti Alam Perkahwinan..Syukran,